my playlist


Sabtu, 14 Mei 2011

MAKAN DAN MINUM

Orang muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan dan minum karena makanan dan minuman, serta syahwat keduanya saja. Oleh karena itu, jika ia tidak lapar maka ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak minum. Rasulullah SAW bersabda,

“ Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan “

Etika Sebelum Makan

Etika sebelum makan adalah sebagai berikut ;

  • Makanan dan minumannya halal, bersih dari kotoran-kotoran haram, dan syubhat, karena Allah Ta’ala berfirman,

“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. “ (Q.S Al-Baqarah : 172)

Yang dimaksud dengan rezki yang baik ialah halal yang tidak ada kotoran didalamnya.

  • Ia meniatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan ibadahnya kepada Allah SWT agar ia diberi pahala karena apa yang ia makan, dan minum. Sesuatu yang mubah jika diniatkan dengan baik, maka berubah statusnya menjadi ketaatan dan seorang Muslim diberi pahala karenanya.
  • Ia mencuci kedua tangannya sebelum makan jika keduanya kotor, atau ia tidak dapat memastikan kebersihan keduanya.
  • Ia meletakkan makananya menyatu diatas tanah, dan tidak diatas meja makan, karena cara tersebut lebih dekat kepada sikap Tawadlu dan karena ucapan Anas bin Malik Ra,

“ Rasulullah SAW tidak pernah makan diatas meja makan, atau dipiring.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)

  • Ia duduk dengan Tawadlu dengan duduk berlutut, atau duduk diatas kedua tumitnya, atau menegakkan kaki kanannya dan ia duduk diatas kaki kirinya, seperti duduknya Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Aku tidak makan dalam keadaan bersandar, karena aku seorang budak yang makan seperti makannya budak, dan aku duduk seperti duduknya budak. “ (Diriwayatkan Al-Bukhari)

  • Menerima makanan yang ada dan tidak mencacatnya, jika ia tertarik kepadanya maka ia memakannya, dan jika ia tidak tertarik kepadanya maka ia tidak memakannya, karena Abu Hurairah Ra berkata, “ Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun mencacat makanan, jika beliau tertarik kepadanya maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak tertarik kepadanya maka beliau meninggalkannya.” ( Diriwayatkan Abu Daud )
  • Ia makan bersama orang lain, misalnya dengan tamu, atau isteri, atau anak, atau pembantu, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Berkumpullah kalian di makanan kalian, niscaya kalian diberi keberkahan didalamnya. “ ( Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang menshahihkannya)

Etika Ketika Sedang Makan

Diantara etika sedang makan ialah sebagai berikut :

  • Memulai makan dengan mengucapkan Basmallah, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Jika salah seorang dari kalian makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa tidak menyebut nama Allah, maka hendaklah ia menyebut nama Allah Ta’ala pada awalnya dan hendaklah ia berkata, “ Dengan nama Allah, sejak awal hingga akhir.” (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)

  • Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta’ala, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Barangsiapa makan makanan, dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang memberi makanan ini kepadaku, dan memberikannya kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (Muttafaq Alaih)

  • Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalil-dalil berikut :

Rasulullah SAW bersabda kepada Umar bin Salamah,

“ Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (pinggir).” (Muttafaq Alaih)

Rasulullah SAW bersabda,

“ Keberkahan itu turun ditengah makanan. Maka oleh karena itu, makanlah dari pinggir-pinggirnya, dan jangan makan dari tengahnya.” (Muttafaq Alaih)

  • Mengunyah makanan dengan baik, menjilat piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, karena dalil-dalil berikut:

Rasulullah SAW bersabda,

“ Jika salah seorang dari kalian makan makanan, maka ia jangan membersihkannya jari-jarinya sebelum ia menjilatnya.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)

Ucapan Jabir bin Abdullah Ra bahwa Rasulullah SAW memerintahkan menjilat jari-jari, dan piring. Beliau bersabda,

“ Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di makanan kalian yang mana keberkahan itu berada.” (Diriwayatkan Muslim)

  • Jika ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Jika sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran daripadanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya dimakan syetan.” (Diriwayatkan Muslim)

Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, karena dalil-dalil berikut :

Hadits Anas bin Malik Ra berkata,” Rasulullah SAW bernafas diluar tempat minum hingga tiga kali.” (Muttafaq Alaih)

Hadits Abu Sa’id Al-Khudri Ra bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di minuman. (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)

Hadits Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di dalam minuman, atau meniup didalamnya. (Muttafaq Alaih)

  • Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan, karena Rasulullah SAW bersabda,

“ Anak Adam tidak mengisi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Anak Adam itu sudah cukup dengan beberapa suap yang menguatkan tulang punggungnya. Jika ia tidak mau (tidak cukup), maka dengan sepertiga makanan, dan dengan sepertiga minuman, dan sepertiga yang lain untuk dirinya.” (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini Hasan)

  • Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada disebelah kanannya dan seterusnya, dan ia menjadi orang yang paling terakhir kali mendapatkan jatah minuman, karena dalil-dalil berikut :

Sabda Rasulullah SAW, “ Mulailah dengan orang tua. Mulailah dengan orang tua.”

Maksudnya, mulailah dengan orang-orang tua.

Rasulullah SAW meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberi makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau, sebab Ibnu Abbas berada disebelah kanan Beliau, sedang orang-orang tua berada disebelah kiri Beliau. Permintanan izin Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas untuk memberikan makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau itu menunjukkan bahwa orang yang paling berhak terhadap minuman ialah orang yang duduk disebelah kanan.

Sabda Rasulullah SAW,

“ Pemberi minuman ialah orang yang paling akhir meminum.”

  • Ia tidak memulai makan, atau minum, sedang diruang pertemuannya terdapat orang yang paling berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, karena hal tersebut melanggar etika, dan menyebabkan perilakunya dicap rakus. Salah seorang penyair berkata, “ Jika tangan-tangan dijulurkan kepada perbekalan, maka aku tidak buru-buru mendahului mereka, sebab orang yang paling rakus ialah orang yang paling buru-buru terhadap makanan.
  • Tidak memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, “ Silahkan makan,” namun ia harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu, atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya, dan termasuk riya, padahal riya itu diharamkan.
  • Ramah terhadap temannya ketika makan bersama dengan tidak makan lebih banyak dari porsi temannya, apalagi jika makanan tidak banyak, karena makan banyak dalam kondisi seperti itu termasuk memakan hak (jatah) orang lain.
  • Tidak melihat teman-temannya ketika sedang makan, dan tidak melirik mereka, karena itu bisa membuat malu kepadanya. Ia harus menahan pandangannya terhadap wanita yang makan di sekitarnya, dan tidak mencuri-curi pandangan terhadap mereka, karena hal tersebut menyakiti mereka, membuat mereka marah dan ia pun mendapat dosa karena perbuatannya tersebut.
  • Tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dipandang tidak sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya, ia tidak boleh mengibaskan tangannya di piring, tidak mendekatkan kepalanya kepiring ketika makan agar tidak ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya kepiringnya, ketika mengambil roti dengan giginya ia tidak boleh mencelupkan sisanya didalam piring, dan tidak boleh berkata jorok, sebab hal ini mengganggu salah satu temannya, dan mengganggu seorang Muslim itu haram hukumnya.
  • Jika ia makan bersama orang-orang miskan, ia harus mendahulukan orang miskin tersebut. Jika ia makan bersama saudara-saudaranya, ia tidak ada salahnya bercanda dengan mereka dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika ia makan bersama orang yang berkedudukan, maka ia harus santun, dan hormat terhadap mereka.

Etika Setelah Makan

Diantara etika setelah makan ialah sebagai berikut :

  • Ia berhenti makan sebelum kenyang. Karena meniru Rasulullah SAW agar ia tidak jatuh dalam kebinasaan, dan kegemukan yang menghilangkan kecerdasannya.
  • Ia menjilat tangannya, kemudian mengelapnya, atau mencucinya, namun mencucinya lebih baik.
  • Ia mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan, karena ada anjuran terhadap hal tersebut, dan karena itu adalah bagian dari syukur ni’mat.
  • Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Ta’ala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan mulut itu memperpanjang kesehatan gigi.
  • Memuji Allah Ta’ala setelah ia makan, dan minum. Ketika ia minum susu, ia berkata, “ Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan tambahilah Rizki-mu (kepada kami).”
  • Jika berbuka puasa ditempat orang, ia berkata, “ Orang-orang yang mengerjakan puasa berbuka puasa ditempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian.”

ADAB DAN TUNTUNAN MAKAN

Remeh sekali kelihatannya, sekedar makan. Setiap orang dewasa pasti telah bisa melakukannya sendiri, sekalipun tanpa aturan. Ternyata Islam memperhatikan soal bagaimana cara makan, apa yang dimakan, dari mana mendapatkan makanan, dan untuk apa makan atau apa yang dikerjakan setelah makan. Benar-benar menakjubkan.

Soal-soal besar diatur dengan rapi dalam Islam, seperti urusan pemerintahan, sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan. Inilah karakteristik Islam, Ia Dien yang Syamil (menyeluruh) mengatur segala aspek kehidupan manusia di dunia.

Mungkin ada yang menganggap makan adalah urusan rutinitas kebutuhan perut semata. Artinya ia makan karena ia lapar, sehingga lepas dari konteks ibadah. Padahal, setiap Muslim mestinya sadar, ia makan karena dengan itu ia menjadi kuat melakukan ibadah. Ia makan karena makan itu adalah ibadah. Ia makan karena makan adalah perintah Allah SWT :

“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebihan....” (Q.S Al-A’raf :31)

Dengan demikian jelas bagi kita makan bukan sekedar kebutuhan biologis manusia. Jika hanya karena itu, tentu tidak ada bedanya dengan binatang melata sekalipun. Binatang tidak memiliki adab makan, ia makan apa saja yang ia suka, tidak pernah mau tahu milik siapa yang dimakannya itu. Namun kadang manusia lebih buruk lagi dari binatang, sebab binatang, sekalipun suka memakan apa saja, tetapi sebatas untuk dirinya sendiri. Manusia suka menumpuk-numpuk kekayaan untuk jatah makan sampai tujuh turunan, walaupun didapat dengan jalan yang tidak halal.

Inilah letak spesifikasi kaum Muslimin dibandingkan dengan kaum lain. Kaum Muslimin diperintahkan untuk memperhatikan aturan-aturan Islam, termasuk dalam hal makan. Adapun adab dan tuntunan makan dalam islam, adalah :

  • Memperhatikan Apa Yang Dimakan

Makan tidak sekedar memasukkan makanan kedalam mulut, namun mesti diperhatikan : apa yang dimakan itu, halalkah, haram atau syubhat? Baik dilihat dari zat makanan itu sendiri, ataupun dilihat dari asal didapatkannya. Allah berfirman :

“ hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu....” (Q.S Al-Baqarah :172)

Yang diperintahkan bukan sekedar makan, tetapi dari rezki Allah yang baik-baik (Thayyiban). Berarti makanan itu halal sekaligus Thayyib.

  • Berdoa sebelum makan

Didorong kesadaran yang penuh bahwa makan adalah sebagian yang utuh dari ibadah, maka sebelum makan dituntunkan membaca Basmallah. Umar bin Abi Salamah Ra berkata :

“ Rasulullah SAW mengajarkan kepadaku. Bacalah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan dari yang dekat-dekat kepadamu.” (H.R Bukhari-Muslim)

  • Apabila terlupa, tidak membaca Basmallah sebelum makan, maka diganti bacaan Bismillahi awalahu wa akhiru (dengan nama Allah yang mula dan akhir). Aisyah Ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,

“ Jika salah seorang siantara kamu hendak makan supaya membaca Bismillah, maka jika kamu lupa membaca mulanya, hendaklah membaca Bismillahi awalahu wa akhiru.” (H.R. Abu Daud – At-Tarmidzi)

  • Makan Dengan Tangan Kanan

Makan dengan tangan kanan bukan sekedar adat atau kebiasaan orang Timur, lebih dari itu bahkan dituntunkan dalam Islam, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW kepada Umar bin Abi Salamah ra :

“ Dan makanlah dengan tangan kananmu....” (H.R Bukhari Muslim)

  • Tidak Boleh Mencela Makanan

Mencela adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, apapun yang dicela, termasuk makanan. Makanan adalah pemberian dari Allah yang harus disyukuri, bukan untuk dicela. Oleh karena itu jika ada makanan dan tidak suka, hendaklah didiamkan saja, tanpa mencelanya. Abu Hurairah ra berkata :

“ Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan selamanya. Jika ia suka dimakannya, jika ia tidak suka ditinggalkannya.” (H.R Bukhari Muslim)

  • Sunnah Memuji Makanan

Memuji makanan yang ada merupakan bagian dari akhlaq Muslim. Rasulullah tidak pernah mencela makanan bahkan suka memujinya. Jabir ra berkata bahwa :

“ Nabi SAW menanyakan lauk-pauk kepada keluarganya, maka jawab mereka : Tidak ada lauk-pauk kecuali cuka. Maka Nabi SAW meminta cuka untuk dimakan dengan roti yang dihidangkan kepadanya, dambil bersabda, Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (H.R Muslim)

  • Makan Dari Yang Terdekat

Jika ada hidangan makanan, dituntunkan kepada kita untuk memulai makan dan mengambil dari makanan yang terdekat. Umar bin Abi Salamah ra berkata :

“ Ketika saya masih kecil dibawah asuhan Nabi SAW biasa aku menjulurkan tangan kanan kedalam nampan, maka Nabi SAW bersabda, “ Hai anak, bacalah Bismillah, dan makanlah dengan tangan kanan dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu.” (H.R Bukhari-Muslim)

  • Sunnah Makan Berjama’ah

Tabiat fitrah manusia adalah berjama’ah. Begitu banyak isyarat dalam Qur’an untuk berjama’ah dalam segala aktivitas. Termasuk dalam hal makan, Rasulullah menuntunkan untuk berjama’ah, jika makan sendiri-sendiri tidak merasakan kenyang. Wasyi bin Harb ra berkata :

“ Sahabat Nabi SAW mengadu : Ya Rasulullah, kami makan dan tidak merasakan kenyang, jawab Nabi : mungkin kamu makan sendiri-sendiri. Jawab mereka, Benar. Bersabda Nabi SAW : Berkumpullah pada makananmu, dan bacalah Bismillah niscaya diberi berkat pada makanan itu.” (H.R Abu Daud)

  • Makan Dari Pinggir Wadah Bukan Dari Tengah

Adab yang lain dari makan, adalah mengambil makanan dimulai dari tepi atau pinggiran wadah, dan bukan dari tengah baru kepinggir. Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda :

“ Berkat itu turun ditengah-tengah makanan, maka makanlah dari tepinya, dan jangan makan dari tengah-tengahnya.” (H.R.Abu Daud ,At Tarmidzi)

  • Makruh Makan Sambil Bersandar

Rasulullah SAW mencontohkan, makan sambil duduk, tanpa bersandar. Abu Juhaifah bin Abdullah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW :

“ Saya tidak suka makan dengan bersandar.” (H.R Bukhari)

  • Tuntunan Membersihkan Sisa Makanan

Salah satu adab dalam makan adalah membersihkan sisa-sisa makanan yang masih ada dalam piring, ini sesuai denganajaran untuk tidak mubaxir, sekaligus penghargaan terhadap mkaanan karunia Allah. Ibnu Abbas ra berkata : Bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“ Jika makan salah seorang diantara kamu maka jangan keburu mengusap tangannya sebelum membersihkan makanan yang masih menempel padanya.’ (H.R Bukhari-Muslim)

Dalam riwayat yang lain Jabir ra berkata :

“ Rasulullah menyuruh membersihkan sisa makanan yang di piring maupun yang di jari, sembari bersabda, kamu tidak mengetahui dibagian manakah makananmu yang berkah.” (H.R Muslim)

  • Mengambil Makanan Yang Jatuh

Sedemikian rinci Islam memberikan perhatian terhadap hal makanan, sehingga sampai kepada masalah makanan yang terjatuh pun diberikan perhatian, Rasulullah SAW mengajarkan, agar mengambil makanan yang terjatuh kemudian membersihkan dari kotoran yang melekat dimakanan tersebut dan memakannya. Jabir ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda :

“ Syaithan menghadiri semua urusanmu, hingga di waktu makanmu. Maka apabila jatuh makanan salah seorang diantaramu hendaknya diambil dan dibersihkan kotorannya kemudian dimakan, dan jangan dibiarkan dimakan oleh syaithan.” (H.R Muslim)

  • Berdo’a Seusai Makan

Seusai makan dituntunkan berdo’a sebagai salah satu perwujudan syukur atas karunia Allah. Abu Umamah ra berkata :

“ Adalah Nabi SAW jika selesai makan dan mengangkat hidangannya,membaca (segala puji bagi Allah, pujian yang sebaik-baiknya yang baik dan berkat). Tiada terbalas, dan tidak dapat tidak tentu kami membutuhkan kepadanya. Hai Rabbkami.“ (H.R Bukhari)

  • Kemanfaatan Makan Untuk Ibadah

Makan itu sendiri ibadah, dan setelah makan, tenaga yang didapatkan digunakan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dalam artian yang luas. Demikianlah ciri Mukmin. Para ahli Ma’shiyat, makan sekedar untuk memenuhi syahwat perut, dan setelah kenyang menambah kuatnya mereka untuk kembali melakukan Ma’shiyat. Oleh karena itu menshifati orang kafir. Allah menunjuk kepada makan mereka:

“ Dan orang-orang yang kafir bersenang-senang (didunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka tempat tinggal mereka.” (Q.S Muhammad :12)

Tidak ada komentar: