my playlist


Sabtu, 14 Mei 2011

FUTUR

Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan kadang datar, kadang menurun, kadang meninggi. Begitu pula dalam perjalanan da’wah. Ada saatnya para muharrik (orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada diri muharrik. Satu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi, disaat lain iapun dapat mengalami degradasi iman, tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam salah satu hadits Rasulullah saw bersabda,”Hati manusia itu bisa berkarat sebagaimana karatnya besi. Lalu sahabat betanya,”Bagaimana mengobatinya ya Rasulullah?” jawab Rasul”Membaca Al Qur’an dan ingat mati” Syarah dari hadits ini mensiratkan satu hal. Iman manusia tidak konstan. Ia dapat berubah karena itu dalam hadits lain, Rasul menyuruh para sahabat dan kita sekalian untuk memperbaharui iman.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para mutaharrik kadang terkena satu penyakit yang membahayakan kelangsungan harakah, yaitu penyakit futur.
Makna Futur
Secara bahasa futur berarti terputusnya kegiatan setelah kontunyu bergerak juga berarti dalam diam setelah bersegera, atau: malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh. Penyakit futur ini menimpa orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belumbergerak.
Berjangkitnya penyakit futur pada diri muharrik dapat menimbulkan beberapa atsar(pengaruh) baik bagi diri muharrik sendiri maupun kepada harakah yang tengah berlangsung. Bagi muharrik, futur menyebabkan sedikitnya simpanan taat yang dimiliki. Padahal, taat merupakan syart bagi berlangsungnya amal yang ikhlas. Tanpa taat, sulit bagi muharrrik melaksanakan program harakah yang notabene tidak pernah mengiminginya dengan balasan duniawi.
Bagi harakah sendiri, futur menyebabkan panjang jalan yang harus ditempuh. Ini merupakan akibat logis dari tidak mustamirnya amal yang dilakukan. Harakah yang tidak mustamir hanya menghasilkan bangunan Islam yang juz’iyah (parsial). Bangunan yang seharusnya dapat deselesaikan dalam kurun waktu tertentu, menjadi terbengkalai karena terhentinya gerak pembangunan.
Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari harakah dan jama’ahnya. Hanya malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.
Firman Allah :
“Dan kepunyaanNyalah segala apa yang dilangit dan dibumi dan malaikat-malaikat yang di sisiNya mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tidak pula merasaletih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya.” (QS AL Anbiya :19-20)
Karena itu Rasulullah sering berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya amalku keridhoanM. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya saat bertemu denganMu.”

Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang mungkin terjadi bagi Muharrik, ada beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya:
1. Berlebih-lebihan dalam Din.
Belebihan dalam Din, dengan pemaksaan diri dalam melaksanakan ibadah, hanya mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Tubuh dan jiwa manusia hanya dapat memikul beban berat untuk satu waktu tertentu. Jika ia didera untuk memikulnya, maka yang terjadi adalah pelanggaran terhadap fitrahnya sendiri.
Dalam suatu hadits riwayat Anas ra: pernah datang serombongan sahabat yang terdiri dari tiga orang ke rumah Rasulullah. Mereka menanyakan perihal ibadah Rasul kepada istri-istri Beliau. Setelah mendengar ketekunan Beliau, sadarlah mereka akan sedikitnya ibadah yang mereka lakukan selama ini. Sehingg berkata salah seorang diantara mereka: “Saya akan sholat sepanjang malam”. Yang kedua berkata:”Saya akan puasa selamanya.” Yang ketiga berkata:”Saya akan menjauhi istri dan tidak akan kawin.” Mendengar itu semua, Nabi lalu mendatangi mereka seraya berkata:”Demi Allah saya lebih takut kepada Allah dari Kamu, bahkan saya lebih bertaqwa. Namun saya puasa dan berbuka, saya sholat dan juga tidur, juga saya kawin. Barangsiapa mengabaikan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali dikalahkan.” (HR Muslim)
Karena itu, amal yang paling disukai Allah adalah yang sedikit tapi kontinyu.

2. Berlebih-lebihan dalam hal yang Mubah
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat sangat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebih-lebihan dalam makanan membuat seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai mengakibatkan kemunduran. Karena itu, secara keseluruhan hal ini menghalangi untuk berharakah.

3. Memisahkan diri dari Jama’ah
Jauhnya seseorang dari jama’ah membuatnya mudah didekati syaitan. Rasul bersabda: “Syaitan itu hanya akan menerkan manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terlepas dari kawanannya.” (HR Ahmad)
Jika syaitan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan ia akan melahirkan zhon (prasangka) yang tidak pada tempatnya kepada jama’ah dan harakah. Dan jika ini berlanjut maka hal ini menyebabkan hilangnya tsiqoh (kepercayaan) kepada jama’ah dan harakah.
Dengan jama’ah, seseorang akan selalu mendapatkan adanya kegiatan yang selalu baru. Ini terjadi karena jama’ah merupakan kumpulan pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan ide yang baru. Sedang tanpa jama’ah, seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan. Karena itu imam Ali ra berkata:”Sekeruh-keruh hidup jama’ah, lebih baik dari beningnya hidup sendirian”

4. Sedikit mengingat Akhirat
Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingatkan akan adanya hisab atas setiap amalnya. Kenalikannya, sedikit mengingat akhirat menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemicu amal berupa keinginan untuk mendapatkan ganjaran disisi Allah pada Yaumul hisab nanti. Karena itu Rasulullah bersabda:”Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa”

5. Melalaikan Amalan siang dan malam
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu terjaga komunikasi sambung rasa antara ia dengan Allah. Hal ini membuatnya dapat mempersipkan kondisi ruhiyah yang baik sebagai dasar untuk berharakah. Namun sebaliknya kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik wajib maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit merenggangkan hubungannya dengan Allah. Jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. Kadang hal ini juga berkaitan dengan kemampuan berbicara kepada hati. Harokah yang benar, selalu memulainya dengan memanggil dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.
Allah berfirman:”Barangsiapa tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS 24: 40)
Barangsiapa tidak memiliki ruh maka ia tidak dapat memberi.

6. Masuknya barang yang haram ke dalam perut

7. Tidak mempersiapkan diri untuk menghadap tantangan
Setiap perjuangan sunnatullahnya selalu menghadapi tantangan. Al Haq dan Al Bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para muharrik. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shodiqin dan siapa yang kadzib(dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi perubahan orientasi dalam harakahnya. Dan ia membuat futur. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka” (QS 64: 14)

8. Bersahabat dengan orang-orang lemah
Kondisi lingkungan(biah), dapat menentukan kualitas seseorang. Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana tawazun dan saling menasehatkan. Sementara teman yang buruk dapat melunturkan hamazah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad. Karena itu Rasulullah saw bersabda:
“Seseorang atas diri sahabatnya, maka hendaklah melihat salah seorang diatara kalian dengan siapa ia berteman.” (HR Abu Daud)
9. Spontasitas dalam Beramal
Amal yang tidak terencana, tidak memiliki tujuan, sasaran dan sarana yang jelas tidak dapat melahirkan hasil yang diharapakn. Hanya akan timbul kepenatan dalam berharakah, sementara hasil yang ditunggu tak kunjung datang. Karena itu setiap amalan harus memiliki minhajiyatul amal (sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal

10. Terjatuh ke dalam kemaksiatan
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang muharrik mampu beramal untuk jama’ahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiripun sulit.

Pengobatannya
Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep:
1. Jauh dari Kemaksiatan
Kemaksiatan akan memdatangkan kemurkaan Allah. Dan pada akhirnya akan mambawa kepada kesesatan. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaanKu menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa musibah oleh kemurkaanKu, maka binasalah ia” (QS 20: 81)
jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang penuh berkah. Dengan keberkahan ini seseorang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfitman: “Jikalau penduduk negri-negri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi.”(QS7:96)

2. Tekun mengerjakan amalan siang dan malam
Amalan siang dan malam dapat melingdungi dan menjaga muharrik untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah. Allah berfirman:
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb yang Maha Penyayang itu, ialah orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS 25:63-64)

3. Mengintai waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits Rasul menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah lebih memperhatikan do’a hambanya. Sepertiga malam terakhir, bulan ramadhan serta bulan Dzulqoidah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.
4. Menjauhi hal-hal yang berlebihan
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan yang bijaksana apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintahkan manusia sesuai dengan kemampuannya. Firman Allah: “Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu!”(QS 64:16)
Islam adalah Din tawazun(keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa memiliki haknya masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil)dan pilihan.” (QS 2:143)
5. Melazimi jama’ah
“Jama’ah itu rahmat, firqoh (pengelompokkan) itu adzab.” Demikianlah sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain:”Barangsiapa menghendaki tengahnya surga, maka hendaknya ia melazimi jama’ah”. Dengan jama’ah seorang muharrik akan selalu berada dalam majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jama’ah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif, sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan kerutinan.

6. Mengenal kendala yang akan menghadang
Pengetahuan akan tabiat jalan yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, niscaya membuat seorang muharrik siap, minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang datang. Allah berfirman:
“Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula leseu dan tidak pula menyerah kepada musuh. Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(QS3:146)
7. Teliti dan Sistematik dalam kerja
Dengan perencanaan yang baik, pembagian tugas yang jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah menjadi harakatun natijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan menyadarkan muharrik, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang ingin dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan pengorbanan yang besar. Jika ini semua telah dimengerti insya Allah akan tercapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

8. Memilih teman yang shalih
9. Menghibur diri dengan hal yang mubah
Bercengkrama dengan keluarga, mengambil secukupnya kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.
10. Mengingat mati, surga, dan neraka
11. Muhasabah (menghisab) diri

Tidak ada komentar: