Sabtu, 14 Mei 2011
DUNIA PERNIKAHAN
FUTUR
SIKSA MENINGGALKAN SHALAT
Barang siapa melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Ketika Malaikat Jibril turun dan berjumpa dengan Rasulullah SAW, ia berkata, “Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima puasa, zakat, haji, sedekah, dan amal saleh seseorang yang meninggalkan shalat. Ia dilaknat di dalam Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Demi Allah, yang telah mengutusmu sebagai nabi pembawa kebenaran, sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat, setiap hari mendapat 1.000 laknat dan murka. Para malaikat melaknatnya dari langit pertama hingga ketujuh.
Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh minuman dari telaga surga, tidak mendapat syafaatmu, dan tidak termasuk dalam umatmu. Ia tidak berhak dijenguk ketika sakit, diantarkan jenazahnya, diberi salam, diajak makan dan minum. Ia juga tidak berhak memperoleh rahmat Allah.Tempatnya kelak di dasar neraka bersama orang-orang munafik, siksanya akan dilipatgandakan, dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qarun dan Haman di dasar neraka.
Ketika ia menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, makanan itu berkata, ‘Wahai musuh Allah, semoga Allah melaknatmu, kamu memakan rezeki Allah namun tidak menunaikan kewajiban-kewajiban dari-Nya.’ Ketahuilah, sesungguhnya bencana yang paling dahsyat, perbuatan yang paling buruk, dan aib yang paling nista adalah kurangnya perhatian terhadap shalat lima waktu, shalat Jumat, dan shalat berjemaah. Padahal, semua itu ibadah-ibadah yang oleh Allah SWT ditinggikan derajatnya, dan dihapuskan dosa-dosa maksiat bagi siapa saja yang menjalankannya.
Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.”
Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun).... Sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah hadis, “Barang siapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja walaupun satu shalat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan shalat. Dalam Islam mereka tidak akan mendapat bagian apa pun’.
Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih. Diriwayatkan, pada suatu hari Rasulullah SAW berkata, ”Katakanlah, ya Allah, janganlah Engkau jadikan seorang pun di antara kami celaka dan diharamkan dari kebaikan.”“Tahukah kalian siapakah orang yang celaka, dan diharamkan dari kebaikan?”“Siapa, ya, Rasulullah?” “Orang yang meninggalkan shalat,” jawab Rasulullah. Dalam hadis yang berhubungan dengan peristiwa Isra Mi'raj, Rasulullah SAW mendapati suatu kaum yang membenturkan batu ke kepala mereka. Setiap kali kepala mereka pecah, Allah memulihkannya seperti sedia kala. Demikianlah mereka melakukannya berulang kali. Lalu, beliau bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”
“Mereka adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk mengerjakan shalat,” jawab Jibril.
Diriwayatkan pula (dalam kitab yawaqit wal jawahir) di neraka Jahanam ada suatu lembah bernama Wail. Andaikan semua gunung di dunia dijatuhkan ke dalamnya akan meleleh karena panasnya yang dahsyat. Wail adalah tempat orang-orang yang meremehkan dan melalaikan shalat, kecuali jika mereka bertobat.
Bagi mereka yang memelihara shalat secara baik dan benar, Allah SWT akan memuliakannya dengan lima hal, dihindarkan dari kesempitan hidup, diselamatkan dari siksa kubur, dikaruniai kemampuan untuk menerima kitab catatan amal dengan tangan kanan, dapat melewati jembatan shirathal mustaqim secepat kilat, dan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
Dan barang siapa meremehkan atau melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur, dan tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SAW.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika roh dicabut dari tubuhnya. Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina, mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus. Andai kata diberi minum sebanyak lautan, ia tidak akan merasa puas.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan sholat Subuh hingga terbit matahari, mengundurkan sholat Zuhur hingga Asar, mengundurkan sholat Asar hingga Magrib, mengundurkan sholat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan sholat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat. Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah, pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih. Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya. Amin..
Rasulullah SAW bersabda, “Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
(HR Bukhari dan Muslim)
wallahua'lam bishawab
TAMPIL GAGAH DENGAN SHALAT BERJAMAAH
BENTUK DAN MACAM SIKSA KUBUR SERTA LAMANYA
Setelah kita baca keterangan yang mengemukakan tentang siksa kubur, baik ayat Al-Qur’an, hadits, atsar sahabat maupun riwayat-riwayat yang sahih, maka dapat memberi pengertian kepada kita bahwa bentuk dan berbagai macam siksaan kubur itu antara lain berupa :
- Kubur menghimpit mayat durhaka sehingga remuk rendamlah tulang iganya. Lalu dinampakkan neraka setiap pagi dan petang.
- Kubur menjadi gelap, lalu mayat durhaka itu diperlihatkan bakal tempatnya dan tersiksa sekejappun tiada merasa nikmat, ia akan selalu merasa duka lagi sengsara selama di alam kubur.
- Dengan pukulan palu yang dihantamkan oleh Munkar dan Nankir terhadap mayat yang tidak dapat menjawab pertanyaannya, sebab si mayat itu adalah orang kafir, yang tidak mnegnal Tuhan, tidak punya agama, tidak tahu Muhammad sebagai Rasul, Al-Qur’an sebagai pedoman dan sebagainya.
- Ada pula yang digerogoti kalajengking dan ulat-ulat yang menakutkan. Sebagaimana jawaban nabi atas pertanyaan sahabat. Yaitu siksa bagi orang kafir dalam kuburnya itu sangat sadis berupa sembilan puluh sembilan tanim. Yaitu 99 ular, setiap ular itu mempunyai tujuh kepala, yang mencakari dan menjilat serta menyembur pada tubuhnya, sampai dengan segala perangainya yang jahat, seperti sifat sombong, tiya’, sum’ah, ujub, penipu, dan busuk hati serta sifat-sifat buruk yang lainnya (Ihya’ IV).
- Juga adanya api yang menyala sebagai siksaan di alam kubur. Sebagaimana disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa siksa kubur berupa api anatara lain akibat perbuatan si mayat dikala hidupnya mempermudah atau mengabaikan atau menunda-nunda mengerjakan shalat. Sebagimana hikayat yang disebutkan dalam Irsyadul ‘Ibad, Zainudiin Al-malibari : Seorang saleh mengubr saudaranya perempuan yang telah mati, tiba-tiba dompet uangnya jatuh dengan tidak terasa, hingga pulang ia baru ingat, maka segera kembali kekubur untuk digalinya, setelah digali tiba-tiba kubur itu menyala api, maka segera ditutp kembali, dan segera pulang kerumah sambil menangis bertanya pada ibunya : “Hai ibuku, beritahukan padaku apakah amal saudaraku itu?” Sahut ibunya :”Mengapa kamu tanya hal itu? Jawabnya :”Wahai ibu, saya telah melihat kuburnya menyala api.” Maka menangislah ibunya dan berkata : “Saudaramu biasa meringankan shalat dan mengakhirkan waktunya.”
- Dalam kitab Azzawijr susunan Ahmad bin Hajar Al-Haitami berkata, disebutkan dalam hadits : “……………siapa yang meremehkan (meninggalkan) shalat akan dihukum oleh Allah dengan lima belas siksa. Lima di dunia, dan tiga ketika mati, dan tiga didalam kubur, dan tiga ketika keluar dari kubur…….Adapun hukuman yang menimpa dalam kubur :
- Disempitkan kubur sehingga hancur tulang-tulang rusuknya.
- Dinyalakan api dalam kubur, maka ia bergelimang adalm api siang dan malam.
- didatangkan padanya ular yang bernama syuja’ yang buta matanya lagi berapi dan kukunya dari besi, tiap kuku panjangnya perjalanan sendiri, ia berkata pada si mayat : “Aku syuja’ al-‘aqra’, sedang suaranya bagaikan petir yang menyambar, ia berkata : Allah telah menyuruhkan memukul kamu karena meninggalkan shalat subuh hingga terbit matahari, dan memukul kamu karena meninggalkan shalat dzuhur hingga ashar, dan memukul kamu karena meninggalkan shalat ashar hingga maghrib, dan memukulmu karena meninggalkan shalat maghrib hingga isya’, dan memukulmu karena meninggalkan shalat isya’ hingga subuh, dan tiap memukulmu satu kali terbenamlah orang itu kedalam tanah tujuh puluh hasta, maka ia selalu tersiksa dalam kubur hingga kiamat”.
- Diantara manusia setelah mati dan dikuburkan ada yang perbuatan kejahatannya sewaktu didunia berubah menjadi binatang buas, kucing, serigala, anjing maupun babi sesuai dengan dosanya, lalu mayat itu disiksa olehnya lantaran kejahatannya itu.
- Menurut Al-Qurthubi, diantara manusia setelah dikuburkan ada yang menjerit pada waktu disual dalam kubur. Demikian bila ia orang yang tidak dapat menjawab : Tuhanku adalah Allah, Nabiku Muhammad, Al-Qur’an kitabku dan sebagainya. Lalu dua orang malaikat memukulnya dengan satu pukulan hingga kuburnya menyala api secara terus menerus selama dunia ini masih ada. Begitu pula kalau si mayat tidak dapat menjawab “Islam adalah agamaku” sebab sewaktu masih hidup ia meragukannya, maka datngalah fitnah padanya ketika ia mati, lalu dua malaikat memukulnya dengan satu pukulan sampai kuburnya bena-benar berupa api yang menyala-nyala.
- Bagi mayat pendusta …………… maka dibukakanlah baginya pintu ke neraka, lalu ia dapat melihat rantai-rantai neraka, ular-ularnya, kalangjengking-kalajengkingnya, belengu-belenggunya dan segala macam isi neraka yang berupa darah, nanah dan zaqqum (sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka yang menyala, buahnya seperti kepala-kepala syetan. (QS. Ash-Shaffat : 64-65). Lalu tempatnya diganti oleh Allah dengan suatu tempat dari neraka.
- Dalam suatu riwayat ada mayit yang disiksa dalam kubur diikat oleh ular yang panjang, dan ada alagi yang dicakari sejenis binatang buas yang mirip rupa kucing.
Begitulah antara lain bentuk dan macam siksa kubur. Hal itu terjadi sudah barang tentu sebagai akibat perbuatan jahat sebagiamna tersebut dalam bab “Yang menyebabkan siksa kubur” dimuka. Kita yakin terhadap adanya siksa kubur semacam itu, karena dalam hal ini Rasulullah sendiri selalu berdo’a kepada Allah dan mohon perlindungan-Nya dari siksaan kubur itu, sebagaimana warta dari Anas ra. katanya :
Artinya : “Adalah Rasulullah saw. senantiasa berdo’a : “Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada-Mu dari lemah dan malas, takut dan kikir. Dan saya berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta cobaan hidup dan mati.” (Hadits diriwayatkan Imam Muslim)
Warta dari Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : “Jiwa seseorang mu’min itu digantungkan atas hutangnya sehingga hutangnya itu dibayar.” (H.R. Turmudzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqy)
Ulama memberikan komentar, bahwa yang dimaksud “digantungkan” itu adalah ditahan dari tempatnya yang mulia.
Kemudian dalam hadits yang diwartakan Anas demikian :
Artinya : “Kami disisi Nabi saw. beliau datang dengan lelaki yang akan bershalat padanya, maka beliau bersabda : “Apakah bagi kawanmu ada hutang?”. Mereka menjawab : “Benar” Nabi bersabda : “Maka bagaimana saya bershalat terhadap lelaki yang rohnya lewat dalam kuburnya, rohnya tak dapat naik kelangit”. Kalau seseorang menaggung hutangnya, maka kau berdiri lalu shalat untuknya, sebab shalatku dapat memberikan manfaat kepadanya”. (HR. Thabrani)
Artinya : “Bahwasanya Nabi saw. mengerjakan sahalat subuh maka beliau bersabda : “Apakah disini terdapat salah seorang dari anak si Fulan………, sebab kawan kamu sekalian telah tertawan dipintu syurga dengan hutang yang ditanggungnya…………”
Juga hadits Nabi yang diwartakan dari Jabir demikian :
Artinya :”Bahwasanya ada seseorang yang mati sedang dia mempunyai tanggungan hutang sebesar dua dinar, maka Nabi saw. tidak mau menshalati kepadanya, lalu Abu Qatadah menanggung dua dinar itu. Maka beliau berkenan menshalatinya.” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqy)
Artinya :”Orang yang mempunyai hutang itu akan ditawan karena hutangnya pada hari kiamat”.
Artinya : ”Disini terdapat salah seorang dari Hudzail bahwa teman kamu sekalian tertawan dipintu syurga dengan tanggungan hutangnya”. (HR. Al-Bazar dan Thabrani)
Artinya : “Sesungguhnya bapakmu tertawan dengan hutangnya, maka hendaklah anda bayarkan dari padanya”. (HR. Ahmad)
Dari Al-Barra’ bin ‘Azib bahwasanya Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : “Orang yang mempunyai hutang tertawan dengan hutangnya ia mengadukan kepada Allah dengan sendirinya” (HR. Thabrani : Al-Ausath)
Itulah hadits-hadits yang mengemukakan dengan jelas mengenai sesuatu yang dapat menawan roh dari tempatnya yang mulia (syurga).
Dari hadits-hadits tersebut mengemukakan bahwa sesuatu yang dapat menawan roh-roh orang mu’min dari tempatnya yang mulia adalah masalah “HUTANG” yang belum dibayarkan ketika ia masih hidup, sehingga dapat menghalangi untuk masuk kesyurga?
Jawaban pertanyaan tersebut menurut Ibnu Qayyim ada dua macam :
Pertama :
Benar apa yang telah disebutkan dalam sebagian hadits-hadits Nabi, bahwa mereka itu diringankan siksanya anatar dua tiupan sangkakala di hari kiamat, sewaktu mereka sama berdiri dibangkitkan dari kuburnya dengan katanya, sebagiamna Firman Allah :
Artinya : “Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur) ?” (QS. 36 Yaa Siin :52)
Adapun yang menunjukkan bahwa siksa itu berlangsung terus menrus adalah sebagaiman diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala :
Artinya : “Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang “ (QS. 40 Al-Mu’min : 46)
Dan juga sebagai dalil adanya kelangsungan siksa kubur adalah seperti hadits Samurah yag diriwayatkan oleh Bukhari didalam impian Nabi saw. dimana dia mengalaminya samapi hari kiamat.
Demikian pula hadits Ibnu Abbas ra. tetantang dua pelepah kurma yang keduanya dapat meringankannya selagi pelepah itu belum kering. Sedangkan meringankan itu sebagai ikatan terhadap keringnya kedua pelepah itu saja.
Juga tentang hadits Al-Barra’ bin ‘Azib mengenai kisah orang kafir ……. Kemudian dibukakanlah baginya suatu pintu ke neraka, lalu ia melihat kepada tempatnya di neraka itu sampai datangnya kiamat. Dan masih ada pula hadits-hadits yang lain.
Kedua :
Sampai pada suatu masa tertentu, lalu siksanya diputus dan dihentikan. Yaitu mengenai siksa sebahagian orang ahli maksiat yang ringan dosanya. Maka ia disiksa sesuai dengan dosanya lalu siksa itu diringankan baginya sebagaimana ia disiksa di neraka pada suatu masa kemudian siksa itu habis dari padanya. Demikian asal ia seorang mu’min dan banyak beramal sholeh, namun terdapat kemaksiatan-pen. Adapun siksaan itu dapat terputus dari simayat, adalah disebabkan oleh do’a, atau sedekah, atau istighfar, atau pahala haji, ataupun bacaan-bacaan yang sampai kepadanya dari kiriman para kerabatnya atau yang lain. Hal ini sebagaimana syafa’at itu terhadap orang yag disiksa, lalu disiksa itu dapat habis disebabkan lantaran syafa’atnya. Akan tetapi perlu diketahui, bahwa syafa’at itu tak mungkin terjadi tanpa seijin Allah dan kehendak-Nya. Sebab seseorang itu tidak mungkin memberikan syafa’at itu kalau tidak dengan ridho Allah dan perkenan-Nya. Sebagimana firman Allah swt. :
Artinya : “Siapakah yang dapat memberi syafa’at disisi Allah tanpa izinNya?” (QS. 2 Al Baqarah : 255)
Baca pula QS. 21 Al-Anbiya’ : 28, QS. 10 Yunus :3, QS. 34 Saba’ : 23
Dan firman Allah swt. :
Artinya : “Katakanlah : “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi”. (QS. 39 Az-Zumar : 44)
Telah disebutkan Ibnu Abi Dunya, menceritakan kepadaku Muhammad bin Musa Ash-Shaigh, Abdullah bin Nafi’ berkata : seorang dari ahli Madinah mati, maka seorang melihatnya bahwa ia seolah-olah ahli neraka, lalu ia berduka cita terhadap hal itu, kemudian setelah berlalu dan suatu kali atau yang keduanya ia melihatnya lagi seolah-olah orang yang mati itu termasuk ahli syurga. Maka ia bertanya : “Tidakkah keadaanmu telah kukatakan bahwa kamu dari ahli neraka”, katanya : keadaan seperti itu karena ada seorang yang dikuburkan bersama kami, dimana ia seorang yang saleh, lalu ia memberikan syafa’at terhadap empatt puluh orang dari tetangganya, sedang saya termasuk mereka.
Juga kata Ibnu Abi dunya dari Ahmad bin Yahya berkata : Sebagian sahabat kami mengatakan : “Saudaraku telah mati, lalu aku melihatnya didalam tidur dan tanyaku : Bagaimana keadaanmu ketika kami diletakkan didalam kubur?” Sahutnya : “Ada seorang yang datang kepadaku dengan cahaya dari api yang mana setiap panggilan dimana ia memanggil aku kulihat bahwasanya ia akan memukulku”.
Berkata Amru bin Jarir : “Apabila seorang hamba berdo’a untuk saudaranya yag telah mati, maka datanglah seorang malaikat kepadanya dengan do’a kekuburnya seraya berkata : “Wahai penghuni kubur yang asing, ada hadiah dari saudara buat anda”.
Basyar bin Ghalib berkata : “Saya melihat Rabi’ah dalam tidurku, sedang saya meperbanyak do’a untuknya.maka ia berkata kepadaku : “Wahai Bsayar bin Ghalib, hadiah-hadiah anda sampai kepada kami ditempat makan dari nur yang merah dengan sapu tangan dari sutera. Kataku : bagaimana seperti itu, sahutnya : “Demikian itulah do’a orang-orang mu’min yang masih hidup apabila mereka sama berdo’a buat orang-orang yang telah mati, mereka diperkenankan dan do’a itu dijadikan diatas tempat-tempat makan dari nur dengan sapu tangan-sapu tangan sutera kemudian datang dengannya yang berdo’a kepadanya dari orang-orang mati dan dikatakan : “inilah hadiah si Fulan buat anda”.
Kemudian tentang kemanfaatan dan hadiah orang-orang yang masih hidup buat yang sudah mati itu ada pembahasan tersendiri dan jawabannya!
MAKAN DAN MINUM
Orang muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan dan minum karena makanan dan minuman, serta syahwat keduanya saja. Oleh karena itu, jika ia tidak lapar maka ia tidak makan, dan jika ia tidak kehausan maka ia tidak minum. Rasulullah SAW bersabda,
“ Kami adalah kaum yang tidak makan kecuali kami lapar, dan jika kami makan maka kami tidak sampai kekenyangan “
Etika Sebelum Makan
Etika sebelum makan adalah sebagai berikut ;
- Makanan dan minumannya halal, bersih dari kotoran-kotoran haram, dan syubhat, karena Allah Ta’ala berfirman,
“ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. “ (Q.S Al-Baqarah : 172)
Yang dimaksud dengan rezki yang baik ialah halal yang tidak ada kotoran didalamnya.
- Ia meniatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan ibadahnya kepada Allah SWT agar ia diberi pahala karena apa yang ia makan, dan minum. Sesuatu yang mubah jika diniatkan dengan baik, maka berubah statusnya menjadi ketaatan dan seorang Muslim diberi pahala karenanya.
- Ia mencuci kedua tangannya sebelum makan jika keduanya kotor, atau ia tidak dapat memastikan kebersihan keduanya.
- Ia meletakkan makananya menyatu diatas tanah, dan tidak diatas meja makan, karena cara tersebut lebih dekat kepada sikap Tawadlu dan karena ucapan Anas bin Malik Ra,
“ Rasulullah SAW tidak pernah makan diatas meja makan, atau dipiring.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
- Ia duduk dengan Tawadlu dengan duduk berlutut, atau duduk diatas kedua tumitnya, atau menegakkan kaki kanannya dan ia duduk diatas kaki kirinya, seperti duduknya Rasulullah SAW, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Aku tidak makan dalam keadaan bersandar, karena aku seorang budak yang makan seperti makannya budak, dan aku duduk seperti duduknya budak. “ (Diriwayatkan Al-Bukhari)
- Menerima makanan yang ada dan tidak mencacatnya, jika ia tertarik kepadanya maka ia memakannya, dan jika ia tidak tertarik kepadanya maka ia tidak memakannya, karena Abu Hurairah Ra berkata, “ Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun mencacat makanan, jika beliau tertarik kepadanya maka beliau memakannya, dan jika beliau tidak tertarik kepadanya maka beliau meninggalkannya.” ( Diriwayatkan Abu Daud )
- Ia makan bersama orang lain, misalnya dengan tamu, atau isteri, atau anak, atau pembantu, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Berkumpullah kalian di makanan kalian, niscaya kalian diberi keberkahan didalamnya. “ ( Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang menshahihkannya)
Etika Ketika Sedang Makan
Diantara etika sedang makan ialah sebagai berikut :
- Memulai makan dengan mengucapkan Basmallah, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Jika salah seorang dari kalian makan, maka sebutlah nama Allah Ta’ala. Jika ia lupa tidak menyebut nama Allah, maka hendaklah ia menyebut nama Allah Ta’ala pada awalnya dan hendaklah ia berkata, “ Dengan nama Allah, sejak awal hingga akhir.” (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)
- Mengakhiri makan dengan memuji Allah Ta’ala, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Barangsiapa makan makanan, dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang memberi makanan ini kepadaku, dan memberikannya kepadaku tanpa ada daya dan upaya dariku, maka dosa-dosa masa lalunya diampuni.” (Muttafaq Alaih)
- Ia makan dengan tiga jari tangan kanannya, mengecilkan suapan, mengunyah makanan dengan baik, makan dari makanan yang dekat dengannya (pinggir) dan tidak makan dari tengah piring, karena dalil-dalil berikut :
Rasulullah SAW bersabda kepada Umar bin Salamah,
“ Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari makanan yang dekat denganmu (pinggir).” (Muttafaq Alaih)
Rasulullah SAW bersabda,
“ Keberkahan itu turun ditengah makanan. Maka oleh karena itu, makanlah dari pinggir-pinggirnya, dan jangan makan dari tengahnya.” (Muttafaq Alaih)
- Mengunyah makanan dengan baik, menjilat piring makanannya sebelum mengelapnya dengan kain, atau mencucinya dengan air, karena dalil-dalil berikut:
Rasulullah SAW bersabda,
“ Jika salah seorang dari kalian makan makanan, maka ia jangan membersihkannya jari-jarinya sebelum ia menjilatnya.” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)
Ucapan Jabir bin Abdullah Ra bahwa Rasulullah SAW memerintahkan menjilat jari-jari, dan piring. Beliau bersabda,
“ Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di makanan kalian yang mana keberkahan itu berada.” (Diriwayatkan Muslim)
- Jika ada makanannya yang jatuh, ia mengambil dan memakannya, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Jika sesuap makanan kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya, membuang kotoran daripadanya, kemudian memakan sesuap makanan tersebut, serta tidak membiarkannya dimakan syetan.” (Diriwayatkan Muslim)
Tidak meniup makanan yang masih panas, memakannya ketika telah dingin, tidak bernafas di air ketika minum, dan bernafas di luar air hingga tiga kali, karena dalil-dalil berikut :
Hadits Anas bin Malik Ra berkata,” Rasulullah SAW bernafas diluar tempat minum hingga tiga kali.” (Muttafaq Alaih)
Hadits Abu Sa’id Al-Khudri Ra bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di minuman. (Diriwayatkan At-Tarmidzi yang meng-shahih-kannya)
Hadits Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW melarang bernafas di dalam minuman, atau meniup didalamnya. (Muttafaq Alaih)
- Menghindari kenyang yang berlebih-lebihan, karena Rasulullah SAW bersabda,
“ Anak Adam tidak mengisi tempat yang lebih buruk daripada perutnya. Anak Adam itu sudah cukup dengan beberapa suap yang menguatkan tulang punggungnya. Jika ia tidak mau (tidak cukup), maka dengan sepertiga makanan, dan dengan sepertiga minuman, dan sepertiga yang lain untuk dirinya.” (Diriwayatkan Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim. Hadits ini Hasan)
- Memberikan makanan atau minuman kepada orang yang paling tua, kemudian memutarnya kepada orang-orang yang berada disebelah kanannya dan seterusnya, dan ia menjadi orang yang paling terakhir kali mendapatkan jatah minuman, karena dalil-dalil berikut :
Sabda Rasulullah SAW, “ Mulailah dengan orang tua. Mulailah dengan orang tua.”
Maksudnya, mulailah dengan orang-orang tua.
Rasulullah SAW meminta izin kepada Ibnu Abbas untuk memberi makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau, sebab Ibnu Abbas berada disebelah kanan Beliau, sedang orang-orang tua berada disebelah kiri Beliau. Permintanan izin Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas untuk memberikan makanan kepada orang-orang tua disebelah kiri beliau itu menunjukkan bahwa orang yang paling berhak terhadap minuman ialah orang yang duduk disebelah kanan.
Sabda Rasulullah SAW,
“ Pemberi minuman ialah orang yang paling akhir meminum.”
- Ia tidak memulai makan, atau minum, sedang diruang pertemuannya terdapat orang yang paling berhak memulainya, karena usia atau karena kelebihan kedudukannya, karena hal tersebut melanggar etika, dan menyebabkan perilakunya dicap rakus. Salah seorang penyair berkata, “ Jika tangan-tangan dijulurkan kepada perbekalan, maka aku tidak buru-buru mendahului mereka, sebab orang yang paling rakus ialah orang yang paling buru-buru terhadap makanan.
- Tidak memaksa teman atau tamunya dengan berkata kepadanya, “ Silahkan makan,” namun ia harus makan dengan etis (santun) sesuai dengan kebutuhannya tanpa merasa malu, atau memaksa diri malu-malu, sebab hal tersebut menyusahkan teman atau tamunya, dan termasuk riya, padahal riya itu diharamkan.
- Ramah terhadap temannya ketika makan bersama dengan tidak makan lebih banyak dari porsi temannya, apalagi jika makanan tidak banyak, karena makan banyak dalam kondisi seperti itu termasuk memakan hak (jatah) orang lain.
- Tidak melihat teman-temannya ketika sedang makan, dan tidak melirik mereka, karena itu bisa membuat malu kepadanya. Ia harus menahan pandangannya terhadap wanita yang makan di sekitarnya, dan tidak mencuri-curi pandangan terhadap mereka, karena hal tersebut menyakiti mereka, membuat mereka marah dan ia pun mendapat dosa karena perbuatannya tersebut.
- Tidak mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dipandang tidak sopan oleh masyarakat setempat. Misalnya, ia tidak boleh mengibaskan tangannya di piring, tidak mendekatkan kepalanya kepiring ketika makan agar tidak ada sesuatu yang jatuh dari kepalanya kepiringnya, ketika mengambil roti dengan giginya ia tidak boleh mencelupkan sisanya didalam piring, dan tidak boleh berkata jorok, sebab hal ini mengganggu salah satu temannya, dan mengganggu seorang Muslim itu haram hukumnya.
- Jika ia makan bersama orang-orang miskan, ia harus mendahulukan orang miskin tersebut. Jika ia makan bersama saudara-saudaranya, ia tidak ada salahnya bercanda dengan mereka dalam batas-batas yang diperbolehkan. Jika ia makan bersama orang yang berkedudukan, maka ia harus santun, dan hormat terhadap mereka.
Etika Setelah Makan
Diantara etika setelah makan ialah sebagai berikut :
- Ia berhenti makan sebelum kenyang. Karena meniru Rasulullah SAW agar ia tidak jatuh dalam kebinasaan, dan kegemukan yang menghilangkan kecerdasannya.
- Ia menjilat tangannya, kemudian mengelapnya, atau mencucinya, namun mencucinya lebih baik.
- Ia mengambil makanan yang jatuh ketika ia makan, karena ada anjuran terhadap hal tersebut, dan karena itu adalah bagian dari syukur ni’mat.
- Membersihkan sisa-sisa makanan di gigi-giginya, dan berkumur untuk membersihkan mulutnya, karena dengan mulutnya itulah ia berdzikir kepada Allah Ta’ala, berbicara dengan saudara-saudaranya, dan karena kebersihan mulut itu memperpanjang kesehatan gigi.
- Memuji Allah Ta’ala setelah ia makan, dan minum. Ketika ia minum susu, ia berkata, “ Ya Allah, berkahilah apa yang Engkau berikan kepada kami, dan tambahilah Rizki-mu (kepada kami).”
- Jika berbuka puasa ditempat orang, ia berkata, “ Orang-orang yang mengerjakan puasa berbuka puasa ditempat kalian, orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian.”
ADAB DAN TUNTUNAN MAKAN
Remeh sekali kelihatannya, sekedar makan. Setiap orang dewasa pasti telah bisa melakukannya sendiri, sekalipun tanpa aturan. Ternyata Islam memperhatikan soal bagaimana cara makan, apa yang dimakan, dari mana mendapatkan makanan, dan untuk apa makan atau apa yang dikerjakan setelah makan. Benar-benar menakjubkan.
Soal-soal besar diatur dengan rapi dalam Islam, seperti urusan pemerintahan, sosial, politik, ekonomi, dan pendidikan. Inilah karakteristik Islam, Ia Dien yang Syamil (menyeluruh) mengatur segala aspek kehidupan manusia di dunia.
Mungkin ada yang menganggap makan adalah urusan rutinitas kebutuhan perut semata. Artinya ia makan karena ia lapar, sehingga lepas dari konteks ibadah. Padahal, setiap Muslim mestinya sadar, ia makan karena dengan itu ia menjadi kuat melakukan ibadah. Ia makan karena makan itu adalah ibadah. Ia makan karena makan adalah perintah Allah SWT :
“ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) Masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebihan....” (Q.S Al-A’raf :31)
Dengan demikian jelas bagi kita makan bukan sekedar kebutuhan biologis manusia. Jika hanya karena itu, tentu tidak ada bedanya dengan binatang melata sekalipun. Binatang tidak memiliki adab makan, ia makan apa saja yang ia suka, tidak pernah mau tahu milik siapa yang dimakannya itu. Namun kadang manusia lebih buruk lagi dari binatang, sebab binatang, sekalipun suka memakan apa saja, tetapi sebatas untuk dirinya sendiri. Manusia suka menumpuk-numpuk kekayaan untuk jatah makan sampai tujuh turunan, walaupun didapat dengan jalan yang tidak halal.
Inilah letak spesifikasi kaum Muslimin dibandingkan dengan kaum lain. Kaum Muslimin diperintahkan untuk memperhatikan aturan-aturan Islam, termasuk dalam hal makan. Adapun adab dan tuntunan makan dalam islam, adalah :
- Memperhatikan Apa Yang Dimakan
Makan tidak sekedar memasukkan makanan kedalam mulut, namun mesti diperhatikan : apa yang dimakan itu, halalkah, haram atau syubhat? Baik dilihat dari zat makanan itu sendiri, ataupun dilihat dari asal didapatkannya. Allah berfirman :
“ hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu....” (Q.S Al-Baqarah :172)
Yang diperintahkan bukan sekedar makan, tetapi dari rezki Allah yang baik-baik (Thayyiban). Berarti makanan itu halal sekaligus Thayyib.
- Berdoa sebelum makan
Didorong kesadaran yang penuh bahwa makan adalah sebagian yang utuh dari ibadah, maka sebelum makan dituntunkan membaca Basmallah. Umar bin Abi Salamah Ra berkata :
“ Rasulullah SAW mengajarkan kepadaku. Bacalah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan dari yang dekat-dekat kepadamu.” (H.R Bukhari-Muslim)
- Apabila terlupa, tidak membaca Basmallah sebelum makan, maka diganti bacaan Bismillahi awalahu wa akhiru (dengan nama Allah yang mula dan akhir). Aisyah Ra berkata bahwa Rasulullah bersabda,
“ Jika salah seorang siantara kamu hendak makan supaya membaca Bismillah, maka jika kamu lupa membaca mulanya, hendaklah membaca Bismillahi awalahu wa akhiru.” (H.R. Abu Daud – At-Tarmidzi)
- Makan Dengan Tangan Kanan
Makan dengan tangan kanan bukan sekedar adat atau kebiasaan orang Timur, lebih dari itu bahkan dituntunkan dalam Islam, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW kepada Umar bin Abi Salamah ra :
“ Dan makanlah dengan tangan kananmu....” (H.R Bukhari Muslim)
- Tidak Boleh Mencela Makanan
Mencela adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji, apapun yang dicela, termasuk makanan. Makanan adalah pemberian dari Allah yang harus disyukuri, bukan untuk dicela. Oleh karena itu jika ada makanan dan tidak suka, hendaklah didiamkan saja, tanpa mencelanya. Abu Hurairah ra berkata :
“ Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan selamanya. Jika ia suka dimakannya, jika ia tidak suka ditinggalkannya.” (H.R Bukhari Muslim)
- Sunnah Memuji Makanan
Memuji makanan yang ada merupakan bagian dari akhlaq Muslim. Rasulullah tidak pernah mencela makanan bahkan suka memujinya. Jabir ra berkata bahwa :
“ Nabi SAW menanyakan lauk-pauk kepada keluarganya, maka jawab mereka : Tidak ada lauk-pauk kecuali cuka. Maka Nabi SAW meminta cuka untuk dimakan dengan roti yang dihidangkan kepadanya, dambil bersabda, Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (H.R Muslim)
- Makan Dari Yang Terdekat
Jika ada hidangan makanan, dituntunkan kepada kita untuk memulai makan dan mengambil dari makanan yang terdekat. Umar bin Abi Salamah ra berkata :
“ Ketika saya masih kecil dibawah asuhan Nabi SAW biasa aku menjulurkan tangan kanan kedalam nampan, maka Nabi SAW bersabda, “ Hai anak, bacalah Bismillah, dan makanlah dengan tangan kanan dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu.” (H.R Bukhari-Muslim)
- Sunnah Makan Berjama’ah
Tabiat fitrah manusia adalah berjama’ah. Begitu banyak isyarat dalam Qur’an untuk berjama’ah dalam segala aktivitas. Termasuk dalam hal makan, Rasulullah menuntunkan untuk berjama’ah, jika makan sendiri-sendiri tidak merasakan kenyang. Wasyi bin Harb ra berkata :
“ Sahabat Nabi SAW mengadu : Ya Rasulullah, kami makan dan tidak merasakan kenyang, jawab Nabi : mungkin kamu makan sendiri-sendiri. Jawab mereka, Benar. Bersabda Nabi SAW : Berkumpullah pada makananmu, dan bacalah Bismillah niscaya diberi berkat pada makanan itu.” (H.R Abu Daud)
- Makan Dari Pinggir Wadah Bukan Dari Tengah
Adab yang lain dari makan, adalah mengambil makanan dimulai dari tepi atau pinggiran wadah, dan bukan dari tengah baru kepinggir. Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda :
“ Berkat itu turun ditengah-tengah makanan, maka makanlah dari tepinya, dan jangan makan dari tengah-tengahnya.” (H.R.Abu Daud ,At Tarmidzi)
- Makruh Makan Sambil Bersandar
Rasulullah SAW mencontohkan, makan sambil duduk, tanpa bersandar. Abu Juhaifah bin Abdullah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW :
“ Saya tidak suka makan dengan bersandar.” (H.R Bukhari)
- Tuntunan Membersihkan Sisa Makanan
Salah satu adab dalam makan adalah membersihkan sisa-sisa makanan yang masih ada dalam piring, ini sesuai denganajaran untuk tidak mubaxir, sekaligus penghargaan terhadap mkaanan karunia Allah. Ibnu Abbas ra berkata : Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“ Jika makan salah seorang diantara kamu maka jangan keburu mengusap tangannya sebelum membersihkan makanan yang masih menempel padanya.’ (H.R Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat yang lain Jabir ra berkata :
“ Rasulullah menyuruh membersihkan sisa makanan yang di piring maupun yang di jari, sembari bersabda, kamu tidak mengetahui dibagian manakah makananmu yang berkah.” (H.R Muslim)
- Mengambil Makanan Yang Jatuh
Sedemikian rinci Islam memberikan perhatian terhadap hal makanan, sehingga sampai kepada masalah makanan yang terjatuh pun diberikan perhatian, Rasulullah SAW mengajarkan, agar mengambil makanan yang terjatuh kemudian membersihkan dari kotoran yang melekat dimakanan tersebut dan memakannya. Jabir ra berkata, bahwa Nabi SAW bersabda :
“ Syaithan menghadiri semua urusanmu, hingga di waktu makanmu. Maka apabila jatuh makanan salah seorang diantaramu hendaknya diambil dan dibersihkan kotorannya kemudian dimakan, dan jangan dibiarkan dimakan oleh syaithan.” (H.R Muslim)
- Berdo’a Seusai Makan
Seusai makan dituntunkan berdo’a sebagai salah satu perwujudan syukur atas karunia Allah. Abu Umamah ra berkata :
“ Adalah Nabi SAW jika selesai makan dan mengangkat hidangannya,membaca (segala puji bagi Allah, pujian yang sebaik-baiknya yang baik dan berkat). Tiada terbalas, dan tidak dapat tidak tentu kami membutuhkan kepadanya. Hai Rabbkami.“ (H.R Bukhari)
- Kemanfaatan Makan Untuk Ibadah
Makan itu sendiri ibadah, dan setelah makan, tenaga yang didapatkan digunakan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dalam artian yang luas. Demikianlah ciri Mukmin. Para ahli Ma’shiyat, makan sekedar untuk memenuhi syahwat perut, dan setelah kenyang menambah kuatnya mereka untuk kembali melakukan Ma’shiyat. Oleh karena itu menshifati orang kafir. Allah menunjuk kepada makan mereka:
“ Dan orang-orang yang kafir bersenang-senang (didunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka tempat tinggal mereka.” (Q.S Muhammad :12)